IMAGE-1 IMAGE-2 IMAGE-3 IMAGE-4 IMAGE-5

Selasa, 27 September 2011

Jangan hancurkan masa depan anak

Mendidik anak bukanlah hal yang mudah. Aku memang belum pernah melakukannya tapi itulah yang aku tahu dan aku lihat selama ini. Apapun itu, yang jelas pengalaman ini tentunya akan aku jadikan pembelajaran ketika aku mempunyai anak kelak, karena yang aku lihat masih banyak orang tua yang mendidik anak-anaknya, yang menurut mereka itu cara “yang terbaik” tapi justru yang mereka lakukan adalah kesalahan besar. Itu membuatku menyadari bahwa bukan hal yang mudah mendidik anak dan bukan hal yang bisa di anggap sepele karena dampaknya bisa “merusak dan menghancurkan” masa depan sang anak.

Kita mungkin bisa melihat, semakin modern dan majunya jaman, semakin sulit pulalah orang tua dalam mendidik anak-anaknya, dan sepertinya “cara” mendidik merekapun harus di sesuaikan dengan perkembangan anak-anak sekarang ini. Mengapa demikian? Karena tidak semua “cara didik” mereka sebelumnya bisa di lakukan di jaman sekarang. Salah-salah malah membuat sang anak merasa “tidak di mengerti”. Namun apapun caranya, yang jelas berdasarkan pada agama, itulah yang paling benar.

Selama ini yang aku tahu, cara mendidik orang tua terhadap anaknya cenderung akan “menurun” kepada mereka ketika sudah mempunyai anak. Kalau untuk cara yang baik, tentu itu hal yang sangat bermanfaat, namun apabila cara yang selama ini orang tuanya lakukan kurang baik, alangkah bijaknya apabila sang anak mengambil hikmah dan pembelajaran agar kesalahan yang di lakukan orang tua terhadapnya tidak di alami lagi oleh anak-anaknya kelak.

Sepertinya cara yang lebih cocok dan lebih bijak yaitu dengan memberi contoh. Orang tua harus bisa menjadi contoh atau panutan yang baik untuk anak-anaknya. Bukan dengan menyuruh atau memaksanya melakukan sesuatu tapi hal itu tidak di lakukannya oleh mereka para orang tua. Misalkan mengajarkan anaknya untuk bisa menghargai orang lain, tetapi mereka (orang tua) bersikap semena-mena kepada orang lain. Orang tua mengajarkan untuk berkata-kata yang baik, tapi kenyataannya mereka sering mengatakan hal-hal yang buruk.

Semua orang tua harus menyadari, bahwa anak-anak mereka bukanlah tempat pelampiasan ataupun tempat untuk mereka “bereksperimen”. Mereka bagaikan kertas kosong yang putih yang tidak ada noda sedikitpun. Kalaupun orang tua harus menggoreskan tinta di atasnya, tentulah dengan kata-kata dan harapan yang baik bukan justru merusaknya. Banyak yang tidak menyadari bahwa secara tidak langsung mereka “merusak” anak-anak mereka. Hal ini menyadarkanku bahwa mendidik anak adalah sebuah proses yang tidak ada titik akhirnya, tak akan pernah berhenti sekalipun mereka sudah menikah.

Berikut ini adalah beberapa kesalahan dalam mendidik anak :

  • Menumbuhkan rasa takut dan minder pada anak 
  • Mendidiknya menjadi sombong 
  • Membiasakan anak-anak hidup berfoya-foya atau bermewah-mewah 
  • Selalu menuruti dan memenuhi keinginan anak 
  • Tidak mengasihi dan menyayangi mereka, sehingga membuat mereka mencari kasih saying di luar rumah hingga menemukan yang di carinya 
  • Hanya memperhatikan kebutuhan jasmaninya saja 
  • Membiarkan anak melakukan kesalahan / berperilaku buruk 
  • Tidak memberikan apresiasi ketika anak berbuat dan berperilaku baik 
  • Terlalu banyak melarang anak 
  • Terlalu banyak menuntut anak 
  • Tidak memberikan contoh yang baik kepada anak 
  • Melakukan kekerasan fisik terhadap anak maupun di depan anak 
  • Tidak memberikan kasih sayang dan perhatian yang cukup 
  • Tidak ada kekompakan antara ayah dan ibu dalam mendidik anak 
  • Selalu menilai buruk dan menjelek-jelekan anak 

Semoga kita tidak melakukan kesalahan itu dalam mendidik anak-anak kita, dan semoga ketika kita menjadi orang tua kelak, kita bisa menjadi orang tua yang di banggakan anak-anak kita. Orang tua yang menjadi panutan yang baik untuk mereka.



By. Shanty Wiryahaspati

Referensi :
Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd, Anak Sehat dan Cerdas


Add caption

Setiap Anak Berhak Memilih Calon Pasangan Hidupnya

Pernahkan kalian merasakan sebuah dilema? Di sudutkan pada posisi harus mengambil keputusan ataupun menentukan sesuatu yang sangat sulit, yang mungkin bisa saja melukai hati orang lain? Hal itu bisa menyangkut pekerjaan, jalan hidup ataupun pilihan hidup. Namun dilema yang sering sekali kita lihat bahkan kita rasakan sendiri yaitu masalah jodoh atau pasangan hidup. Sebenarnya siapa yang punya hak untuk menentukan jodoh kita sebagai anak? Kita semua tahu, kalo Allah sudah menentukan jodoh kita tapi aku merasa Allah memberikan kesempatan kepada kita untuk memilih, siapa yang akan kita pilih untuk menjadi pasangan hidup kita walaupun pada akhirnya Allah jugalah yang akan menentukan hasil akhirnya. Jodoh itu misteri Allah, tidak seorangpun yang akan tahu.

Kita hanya bisa berusaha mencari yang terbaik, dalam hal ini tentunya yang terbaik menurut agama, bukan menurut nafsu ataupun keegoisan kita sebagai manusia biasa. Kadang aku berpikir, kalau memang kita di berikan “kesempatan” untuk memilih dan menentukan pasangan hidup kita, kenapa selalu ada saja pihak-pihak yang berusaha “ikut campur” dalam masalah ini. Setiap anak yang menghormati dan berbakti kepada orang tua, tentunya sangat berharap kalau orang tua bisa mengerti dan memberikan kepercayaan kepada mereka sebagai anak untuk memilih pasangan hidup. Aku yakin semua orang tua ingin melihat anaknya bahagia dan tidak ingin melihat mereka hidup sengsara.Mencintai adalah memberikan kebebasan kepada orang lain untuk melakukan keinginannya, untuk menjadi dirinya sendiri tanpa kritik-kritik dari kita. Mencintai berarti memberikan kebebasan kepada orang lain untuk memilih. Namun satu hal yang harus di ingat, bahwa kebahagiaan tidak selalu bisa di ukur dengam materi yang berlimpah dan pendidikan yang tinggi, tapi kebahagiaan hati (batin).

Banyak orang tua yang tidak menyetujui pilihan sang anak, hanya karena “calon” pasangan hidupnya menurut mereka tidak akan bisa membahagiakan anak mereka. Entah karena “kurang” materi, status sosial ataupun pendidikan yang lebih rendah dari sang anak. Mungkin itu yang terbaik menurut versi pihak orang tua, tapi apakah pernah berpikir bagaimana “versi” sang anak itu sendiri? Aku rasa setiap anak sudah cukup dewasa untuk melihat, menilai dan menentukan apakah “calon” pasangannya tersebut itu memang yang terbaik untuknya. Untuk para orang tua, apakah pernah berpikir bagaimana perasaan anak-anak mereka yang harus “mengorbankan” perasaan dan kebahagiaannya demi kebahagiaan orang tua maupun keutuhan keluarganya? Apakah para orang tua bersedia bertanggung jawab apabila ternyata sang anak tidak bahagia dalam kehidupan barunya? Akan lebih bijak apabila orang tua bisa lebih mengedepankan komunikasi, berbicara dari hati ke hati tentang pilihan sang anak dalam menentukan calan pasangan hidupnya.

Setiap anak mungkin akan bisa mengerti kekhawatiran orang tuanya, apabila sang “calon” pasangan yang di pilih sang anak “terlihat” bersikap kurang baik, tidak bertanggung jawab, berbeda keyakinan dan tidak menghormati orang tua. Gambaran karakter seseorang terlihat dari bagaimana ia berbicara dan memandang orang lain, dari sikap dan posisi tubuhnya, juga dari pancaran mata dan kedekatannya dengan orang lain. Tapi yang selalu membuat aku heran, apabila calon pasangan sang anak kebalikan dari yang tadi mereka khawatirkan (dia pribadi yang baik, mau bertanggung jawab dan berusaha ingin membahagiakan anaknya, juga menghormati orang tua), namun tetap saja pihak orang tua tidak menyetujuinya. Apakah orang tua tidak menyadari bahwa sikapnya tersebut sudah melukai perasaan dan juga menghancurkan harapan sang anak untuk mendapatkan kebahagiannya? Setiap anak berhak untuk bahagia, seperti halnya mereka para orang tua yang ingin bahagia ketika di masa muda mereka mempunyai pilihan untuk pasangan hidupnya sebelum mereka menikah. Berusahalah memposisikan diri di pihak sang anak,merasakan bagaimana sedih dan hancurnya hati mereka, ketika harus “mengorbankan” perasaan dan kebahagiaan yang di impikannya. Berusahalah bersikap lebih bijak dan mengerti ketika pilihan sang anak “tidak sesuai” dengan yang kalian harapkan sebagai pasangan hidup mereka. Selama apa yang mereka pilih bukanlah sesuatu yang buruk, tidak melanggar norma ataupun berniat menyakiti mereka. Ingatlah, mereka sudah dewasa dan punya hak untuk menentukan pilihan dan jalan hidupnya sendiri. Akan semakin bijaklah, apabila semua orang tua bisa menghargai pilihan sang anak, meridhoi dan mendoakan semoga sang anak bahagia di kehidupan barunya.

By. Shanty Wiryahaspati

*Kata Bijak Berbagai Sumber
http://mrsigit80.blogspot.com/

Rabu, 21 September 2011

Hargailah Dirimu Sendiri

Menghargai mempunyai arti yang sangat luas dalam kehidupan kita, bisa berarti menghargai diri sendiri, menghargai orang lain, menghargai apa yang kita miliki, menghargai apa yang menjadi pilihan dan keputusan orang lain dan masih banyak lagi tentunya. Menghargai orang lain sama artinya dengan menghargai diri sendiri, kenapa? Karena sebelum kita bisa menghargai orang lain, kita harus bisa menghargai diri sendiri terlebih dahulu. Menerima diri sendiri apa adanya adalah salah satu bentuk dari sikap menghargai diri sendiri.



Terkadang kita bisa menilai sejauh mana seseorang bisa menghargai dirinya sendiri, yaitu dari bagaimana ia berpenampilan, bersikap, berbicara, berpikir dan memperlakukan orang lain. Banyak sekali orang yang merasa dirinya adalah orang yang mempunyai “status sosial” dan pendidikan yang tinggi tapi mereka tidak “menghargai dirinya sendiri”. Kenapa aku mengatakan seperti itu? Karena banyak sekali dari mereka yang tidak bisa menghargai orang lain dan memperlakukan orang lain semena-mena. Entah itu dengan perlakuan (sikap) maupun kata-kata yang menyakitkan. Kadang aku hanya bisa tersenyum melihat tingkah laku mereka, karena mereka benar-benar tidak menyadari kalau mereka sedang mempermalukan dirinya sendiri.



Contoh kejadian tadi harus menjadi cerminan untuk kita, apakah pernah kita tidak “menyadari” kalau kita sedang mempermalukan diri sendiri? Kita harus lebih belajar dan berusaha untuk menghargai diri sendiri apabila kita tidak mau di nilai negatif oleh orang lain dan yang lebih parahnya lagi di remehkan orang lain, karena kalau itu sampai terjadi kamulah yang member izin pada dirimu sendiri.Banyak pengalaman nyata yang sering aku lihat tentang perlakuan meremehkan orang lain, salah satunya di dunia kerja, misalkan perusahaan yang tidak bisa menghargai kerja keras dan loyalitas pegawainya dengan memberikan pekerjaan melebihi dari kapasitasnya atau memberikan gaji yang tidak sesuai dengan berat dan tanggung jawab pekerjaan yang di berikan kepadanya. Belum lagi sikap dan kata-kata yang sangat menyakitkan yang “menurunkan” harga diri mereka.



Aku teringat apa yang pernah di katakan pak Mario Teguh, jika anda tidak ingin di remehkan orang lain, jangan membiarkan dirimu di remehkan, anggaplah dirimu lebih besar sehingga kita mempunyai keberanian untuk membela diri. Janganlah berdiam diri, di saat orang lain “meremehkan” kita, karena perlakuannya itu telah menurunkan harga diri kita dan jelas dia tidak menghargai kita sama sekali.Kehilangan wibawa melukai harga diri kita melebihi sekedar melukai perasaan kita, jika kita tidak melawannya, kita membiarkan mereka meyakinkan bahwa kita tidak lebih baik dari yang mereka katakan tentang kita. Harga diri cukup berharga untuk di perjuangkan.



Mulai sekarang marilah sama-sama kita belajar dan berusaha, berhentilah membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain dan mulailah menghargai diri sendiri. Kamulah satu-satunya yang dapat menghayati betapa istimewanya dirimu. Kalau kita tidak memiliki kebanggaan atas diri sendiri, tak seorangpun yang akan memberikannya.





By. Shanty Wiryahaspati

*Kata Bijak Berbagi Sumber
http://mrsigit80.blogspot.com/

Kesederhanaan


Kesederhanaan  tidak selalu di identikkan dengan arti serba hemat atau serba kekurangan. Namun makna dari kesederhanaan di sini adalah bijak dalam menggunakan rezeki (harta) yang kita punya dengan tidak hidup bermewah-mewahan dan bijak dalam menjalani hidup dengan lebih mempunyai rasa empati terhadap orang lain ataupun orang di sekitar kita yang memang hidupnya kurang beruntung dari kita.

Kebanyakan orang terkadang menyimpulkan, orang kaya cenderung hidupnya mewah karena secara materi yang mereka lihat di kehidupan nyata. Tapi satu hal yang harus kita ingat, bahwa arti “kaya” yang sebenarnya bukanlah hanya di lihat dari sudut materi saja karena banyak sekali kejadian di mana orang kaya secara materi tapi mempunyai  banyak sekali hutang. Oleh karena itu, janganlah kita merasa iri dengan orang lain yang “terlihat kaya” di mata kita, sedangkan kita tidak tahu apakah ia hidupnya setenang dan sebahagia yang kita pikirkan. Banyak sekali orang kaya yang merasa hidupnya “kosong” padahal kita semua tahu begitu banyak harta yang di milikinya dan justru terkadang mereka sangat iri dengan orang-orang yang hidupnya tidak lebih baik dari dia tapi terlihat sangat tenang dan bahagia.

Seseorang yang membiasakan hidup sederhana dalam kesehariannya, adalah orang yang senantiasa mensyukuri nikmat dan menghargai hidup, juga menghargai orang lain. Kenapa? Karena dia menyadari bahwa semua harta yang di milikinya hanyalah titipan dan juga amanah, dia juga akan bisa menghargai orang lain karena dia merasa Allah memberikan kehidupan yang jauh lebih “beruntung” dari orang lain.

Namun hal yang terpenting, adalah jangan pernah melihat seseorang dari kesederhanaan penampilannya saja, karena bisa saja dia adalah seseorang yang kaya, mungkin bukan kaya hartanya tapi Kaya Hatinya.

By. Shanty Wiryahaspati

http://mrsigit80.blogspot.com/

Senin, 19 September 2011

Tak Ada Yang Abadi - Peterpan

                           



Download Mp3

http://mrsigit80.blogspot.com/

Sabtu, 17 September 2011

Anjing Yang setia

Alkisahkan, di sebuah dusun tinggallah keluarga petani yang memiliki seorang anak masih bayi. Keluarga itu memelihara seekor anjing yang dipelihara sejak masih kecil. Anjing itu pandai, setia, dan rajin membantu si petani. Dia bisa menjaga rumah bila majikannya pergi, mengusir burung-burung di sawah dan menangkap tikus yang berkeliaran di sekitar rumah mereka. Si petani dan istrinya sangat menyayangi anjing tersebut.

Suatu hari, si petani harus menjual hasil panennya ke kota. Karena beban berat yang harus di bawanya, dia meminta istrinya ikut serta untuk membantu, agar secepatnya menyelesaikan penjualan dan sesegera mungkin pulang ke rumah. Si bayi di tinggal tertidur lelap di ayunan dan dipercayakan di bawah penjagaan anjing mereka.

Menjelang malam setiba di dekat rumah, si anjing berlari menyongsong kedatangan majikannya dengan menyalak keras berulang-ulang, melompat-lompat dan berputar-putar, tidak seperti biasanya. Suami istri itu pun heran dan merasa tidak tenang menyaksikan ulah si anjing yang tidak biasa. Dan Betapa kagetnya mereka, setelah berhasil menenangkan anjingnya…astaga, ternyata moncong si anjing berlumuran darah segar.
“Lihat pak! Moncong anjing kita berlumuran darah! Pasti telah terjadi sesuatu pada anak kita!” teriak si ibu histeris, ketakutan, dan mulai terisak menangis.
“Ha…benar! Kurang ajar kau anjing! Kau apakan anakku? Pasti telah kau makan!” si petani ikut berteriak panik.

Dengan penuh kemarahan, si petani spontan meraih sebuah kayu dan secepat kilat memukuli si anjing itu dan mengenai bagian kepalanya. Anjing itu terdiam sejenak. Tak lama dia menggelepar kesakitan, memekik perlahan dan dari matanya tampak tetesan airmata, sebelum kemudian ia terdiam untuk selamanya.

Bergegas kedua suami istri itu pun berlari masuk ke dalam rumah. Begitu tiba di kamar, tampak anak mereka masih tertidur lelap di ayunan dengan damai. Sedangkan di bawah ayunan tergeletak bangkai seekor ular besar dengan darah berceceran bekas gigitan.

Mereka pun segera sadar bahwa darah yang menempel di moncong anjing tadi adalah darah ular yang hendak memangsa anak mereka. Perasaan sesal segera mendera. Kesalahan fatal telah mereka lakukan. Emosi kemarahan yang tidak terkendali telah membunuh anjing setia yg mereka sayangi. Tentu, penyesalan mereka tidak akan membuat anjing kesayangan itu hidup kembali.



Pembaca yang budiman,
Sungguh mengenaskan. Gara-gara emosi dan kemarahan yang membabi buta dari ulah manusia, seekor anjing setia yang telah membantu dan membela majikannya, harus mati secara tragis.

Saya rasa demikian pula di kehidupan ini. Begitu banyak permasalahan, pertikaian, perselisihan bahkan peperangan, muncul dari emosi yang tidak terkontrol. Karena itu, saya sangat setuju dengan kata-kata: ”Jangan mengambil keputusan apapun disaat emosi sedang melanda.” Sebab, bila itu yang dilakukan, bisa fatal akibatnya. Sungguh, kita butuh belajar dan melatih diri agar disaat emosi, kita mampu mengendalikan diri secara sabar dan bijak.

Andrie Wongso




http://mrsigit80.blogspot.com/



Penebang pohon

Alkisah, seorang pedagang kayu menerima lamaran seorang pekerja untuk menebang pohon di hutannya. Karena gaji yang dijanjikan dan kondisi kerja yang bakal diterima sangat baik, sehingga si calon penebang pohon itu pun bertekad untuk bekerja sebaik mungkin.

Saat mulai bekerja, si majikan memberikan sebuah kapak dan menunjukkan area kerja yang harus diselesaikan dengan target waktu yang telah ditentukan kepada si penebang pohon.

Hari pertama bekerja, dia berhasil merobohkan 8 batang pohon. Sore hari, mendengar hasil kerja si penebang, sang majikan terkesan dan memberikan pujian dengan tulus, “Hasil kerjamu sungguh luar biasa! Saya sangat kagum dengan kemampuanmu menebang pohon-pohon itu. Belum pernah ada yang sepertimu sebelum ini. Teruskan bekerja seperti itu”.

Sangat termotivasi oleh pujian majikannya, keesokan hari si penebang bekerja lebih keras lagi, tetapi dia hanya berhasil merobohkan 7 batang pohon. Hari ketiga, dia bekerja lebih keras lagi, tetapi hasilnya tetap tidak memuaskan bahkan mengecewakan. Semakin bertambahnya hari, semakin sedikit pohon yang berhasil dirobohkan. “Sepertinya aku telah kehilangan kemampuan dan kekuatanku, bagaimana aku dapat mempertanggungjawabkan hasil kerjaku kepada majikan?” pikir penebang pohon merasa malu dan putus asa. Dengan kepala tertunduk dia menghadap ke sang majikan, meminta maaf atas hasil kerja yang kurang memadai dan mengeluh tidak mengerti apa yang telah terjadi.

Sang majikan menyimak dan bertanya kepadanya, “Kapan terakhir kamu mengasah kapak?”
“Mengasah kapak? Saya tidak punya waktu untuk itu, saya sangat sibuk setiap hari menebang pohon dari pagi hingga sore dengan sekuat tenaga”. Kata si penebang.

“Nah, disinilah masalahnya. Ingat, hari pertama kamu kerja? Dengan kapak baru dan terasah, maka kamu bisa menebang pohon dengan hasil luar biasa. Hari-hari berikutnya, dengan tenaga yang sama, menggunakan kapak yang sama tetapi tidak diasah, kamu tahu sendiri, hasilnya semakin menurun. Maka, sesibuk apapun, kamu harus meluangkan waktu untuk mengasah kapakmu, agar setiap hari bekerja dengan tenaga yang sama dan hasil yang maksimal.

Sekarang mulailah mengasah kapakmu dan segera kembali bekerja!” perintah sang majikan. Sambil mengangguk-anggukan kepala dan mengucap terimakasih, si penebang berlalu dari hadapan majikannya untuk mulai mengasah kapak.
Istirahat bukan berarti berhenti ,


Tetapi untuk menempuh perjalanan yang lebih jauh lagi

Sama seperti si penebang pohon, kita pun setiap hari, dari pagi hingga malam hari, seolah terjebak dalam rutinitas terpola. Sibuk, sibuk dan sibuk, sehingga seringkali melupakan sisi lain yang sama pentingnya, yaitu istirahat sejenak mengasah dan mengisi hal-hal baru untuk menambah pengetahuan, wawasan dan spiritual. Jika kita mampu mengatur ritme kegiatan seperti ini, pasti kehidupan kita akan menjadi dinamis, berwawasan dan selalu baru !

Salam sukses luar biasa!
Andrie Wongso

http://mrsigit80.blogspot.com/

Kapas-kapas yang tersebar

Dikisahkan, ada seorang pedagang yang kaya raya dan berpengaruh di kalangan masyarakat. Kegiatannya berdagang mengharuskan dia sering keluar kota. Suatu saat, karena pergaulan yang salah, dia mulai berjudi dan bertaruh.

Mula-mula kecil-kecilan, tetapi karena tidak dapat menahan nafsu untuk menang dan mengembalikan kekalahannya, si pedagang semakin gelap mata, dan akhirnya uang hasil jerih payahnya selama ini banyak terkuras di meja judi. Istri dan anak-anaknya terlantar dan mereka jatuh miskin.

Orang luar tidak ada yang tahu tentang kebiasaannya berjudi, maka untuk menutupi hal tersebut, dia mulai menyebar fitnah, bahwa kebangkrutannya karena orang kepercayaan, sahabatnya, mengkhianati dia dan menggelapkan banyak uangnya. Kabar itu semakin hari semakin menyebar, sehingga sahabat yang setia itu, jatuh sakit. Mereka sekeluarga sangat menderita, disorot dengan pandangan curiga oleh masyarakat disekitarnya dan dikucilkan dari pergaulan.

Si pedagang tidak pernah mengira, dampak perbuatannya demikian buruk. Dia bergegas datang menengok sekaligus memohon maaf kepada si sahabat "Sobat. Aku mengaku salah! Tidak seharusnya aku menimpakan perbuatan burukku dengan menyebar fitnah kepadamu. Sungguh, aku menyesal dan minta maaf. Apakah ada yang bisa aku kerjakan untuk menebus kesalahan yang telah kuperbuat?"

Dengan kondisi yang semakin lemah, si sahabat berkata, "Ada dua permintaanku. Pertama, tolong ambillah bantal dan bawalah ke atap rumah. Sesampainya di sana, ambillah kapas dari dalam bantal dan sebarkan keluar sedikit demi sedikit ".

Walaupun tidak mengerti apa arti permintaan yang aneh itu, demi menebus dosa, segera dilaksanakan permintaan tersebut. Setelah kapas habis di sebar, dia kembali menemui laki-laki yang sekarat itu.

"Permintaanmu telah aku lakukan, apa permintaanmu yang kedua?" "Sekarang, kumpulkan kapas-kapas yang telah kau sebarkan tadi", kata si sahabat dengan suara yang semakin lemah.

Si pedagang terdiam sejenak dan menjawab dengan sedih, "Maaf sobat, aku tidak sanggup mengabulkan permintaanmu ini. Kapas-kapas telah menyebar kemana-mana, tidak mungkin bisa dikumpulkan lagi".

"Begitu juga dengan berita bohong yang telah kau sebarkan, berita itu takkan berakhir hanya dengan permintaan maaf dan penyesalanmu saja" kata si sakit

"Aku tahu. Engkau sungguh sahabat sejatiku. Walaupun aku telah berbuat salah yang begitu besar tetapi engkau tetap mau memberi pelajaran yang sangat berharga bagi diriku. Aku bersumpah, akan berusaha semampuku untuk memperbaiki kerusakan yang telah kuperbuat, sekali lagi maafkan aku dan terima kasih sobat". Dengan suara terbata-bata dan berlinang air mata, dipeluklah sahabatnya.

Netter yg luar biasa

Seperti kata pepatah mengatakan, fitnah lebih kejam daripada pembunuhan. Kebohongan tidak berakhir dengan penyesalan dan permintaan maaf.
Seringkali sulit bagi kita untuk menerima kesalahan yang telah kita perbuat. Bila mungkin, orang lainlah yang menanggung akibat kesalahan kita.

Kalau memang itu yang akan terjadi , lalu untuk apa melakukan fitnah yang hanya membuat orang lain menderita.tentu… Jauh lebih nikmat bisa melakukan sesuatu yang membuat orang lain berbahagia.

Salam sukses luar biasa! Andrie Wongso



http://mrsigit80.bogspot.com/

Kasih Ibunda

Suatu pagi di sebuah perkampungan miskin. Tampak seorang ibu dengan penuh semangat sedang membikin adonan untuk membuat tempe. Pekerjaan membuat dan menjual tempe telah digeluti selama bertahun-tahun sepeninggal suaminya.


Saat membuat adonan, sesekali pikirannya menerawang pada sepucuk surat yang baru diterima dari putranya yang sedang menuntut ilmu di rantau orang. Dalam surat itu tertulis, "Bunda tercinta, dengan berat hati, ananda mohon maaf harus mohon dikirim uangkuliah agar dapat mengikuti ujian akhir. Ananda mengerti bahwa bunda telah berkorban begitu banyak untuk saya. Ananda berharap secepatnya menyelesaikan tugas belajar agar bisa menggantikan bunda memikul tanggung jawab keluarga dan membahagiakan bunda. Teriring salam sayang dari anakmu yang jauh".


Dua hari lagi adalah hari pasaran, biasanya tempe hasil buatan si ibu di bawa ke pasar untuk dijual. Kali ini, tempe yang dibuat dalam jumlah yang lebih banyak dari biasanya, dengan harapan mendapatkan lebih banyak uang sehingga bisa mengirimkan ke anaknya.


Sehari menjelang hari pasar, hati dan pikiran si ibu panik karena tempe buatannya tidak jadi, entah karena konsentrasi yang tidak penuh atau porsi tempe yang dibuat melebihi biasanya.Kemudiansi ibu punsibuk berdoa dengan khusuk di sela-sela waktu yang tersisa menjelang keberangkatannya ke pasar, memohon kepada Tuhan diberi mukjizat agar tempenya siap d jual dalam keadaan jadi. Tetapi sampai tibanya dia di pasar, tempenya tetap belum jadi.


Sepanjang hari itu dagangannya tidak laku terjual. Si ibu tertunduk sedih, matanya berkaca-kaca membayangkan nasib anaknya yang bakal tidak bisa mengikuti ujian. Saat hari pasar hampir usai para pedagang lain pun mulai meninggalkan pasar, tiba-tiba datang seorang ibu berjalan dengan tergesa-gesa, "Bu, saya nyari tempe yang belum jadi, dari tadi nggak ada! Ibu tahu, saya harus cari ke mana?"


"Untuk apa, tempe belum jadi kok dicari?" tanya si penjual heran.
"Saya mau membeli untuk dikirim ke anak saya di luar kota, dia sedang ngidam tempe khas kota ini," kata ibu calon pembeli. Ibu penjual tempe ternganga mendengar kata-kata yang baru didengarnya, seakan tak percaya pada nasib baiknya, seolah tangan Tuhan memberi kemurahan kepadanya. Akhirnya tempe dagangannya diborong habis tanpa sisa. Dia begitu senang, bersyukur dan menambah keyakinan bahwa Tuhan tidak akan pernah meninggalkan diri umatnya selama manusia itu sendiri tidak putus asa dan tetap berjuang.


Pepatah kuno menyatakan, Ora et labo`ra, berusaha dan berdoa. Memang, doa dan usaha harus seiring dan sejalan dalam perjalanan hidup setiap manusia. Doa dibutuhkan untuk mengingatkan kita agar senantiasa menapak langkah di jalan benar yang diridhoi oleh yang Maha Kuasa dan tetap mampu bersikap sabar, gigih dan ulet saat menghadapi segala macam halangan, rintangan dan cobaan, sekaligus mampu memelihara antusiasme dalam memperjuangkan apa yang telah kita tetapkan demi mewujudkan kesuksesan.


Andrie Wongso


http://mrsigit80.blogspot.com/

Tak ada jalan yang rata

Di pagi hari yang buta, terlihat seorang pemuda dengan bungkusan kain berisi bekal di punggungnya tengah berjalan dengan tujuan mendaki ke
puncak gunung yang terkenal. Konon kabarnya, di puncak gunungitu terdapat pemandangan indah layaknya berada di surga.

Ketika sampai di lereng gunung, terlihat sebuah rumah kecil yang dihuni oleh seorang kakek tua. Setelah menyapa pemilik rumah, si pemuda mengutarakanmaksudnya "Kek, saya ingin mendaki gunung ini. Tolong Kek, tunjukkan jalan yangpaling mudah untuk mencapai ke puncak gunung!"

Si kakek dengan enggan mengangkat tangan dan menunjukkan tiga jari ke hadapanpemuda, "Ada tiga jalan untuk menuju puncak gunung ini. Kamu bisa memilih sebelah kiri, tengah, atau sebelah kanan."

"Kalau saya memilih sebelah kiri?" tanya si pemuda.
"Jalur sebelah kiri ada banyak bebatuan," jawab sang kakek pendek.

Setelah berpamitan dan mengucap terima kasih, si pemuda bergegas melanjutkan perjalanannya. Beberapa jam kemudian dengan peluh bercucuran, si pemuda terlihat kembali di depan pintu rumah sang kakek.
"Kek, saya tidak sanggup melewati terjalnya batu-batuan. Jalan sebelah mana lagi yang harus aku lewati?"

Si kakek dengan tersenyum mengangkat lagi 3 jari tangannya sambil menjawab, "Pilihlah sendiri, kiri, tengah atau sebelah kanan?"
"Hmmm, jika saya memilih jalan sebelah kanan...?"

"Jalur sebelah kanan banyak semak berduri!"

Setelah beristirahat sejenak, si pemudakembali berangkat untuk mendaki. Selang beberapajam kemudian, dia kembali lagi ke rumah si kakek. Dengan kelelahan si pemuda berkata, "Kek, saya sungguh-sungguh ingin mencapai puncak gunung. Jalan sebelah kanan dan kiri telah kutempuh, tapi rasanya saya tetap berputar-putar di tempat yang sama. Saya tidak berhasil mendaki ke tempat yang lebih tinggi dan harus kembali kemari tanpa hasil. Tolong deh, Kek ... tunjukkan jalan lain yangrata dan lebih mudah agar saya sukses mendaki hingga ke puncak gunung."

Sang kakek dengan serius mendengarkan keluhan si pemuda. Kemudian sambil menatap tajam, dia berkata tegas "Anak muda! Jika kamu ingin sampai ke puncak gunung, tidak ada jalan yang rata dan mudah! Rintangan berupa bebatuan dan semak berduri, harus kamu lewati, bahkan kadang jalan buntu pun harus kamu hadapi. Selama keinginanmu untuk mencapai puncak itu tetap tidak goyah, hadapi semua rintangan! Hadapi semua tantangan yang ada! Jalani langkahmu setapak demi setapak, kamu pasti akan berhasil mencapai puncak gunung itu. Jangan lupa, nikmati juga pemandangan yang luar biasa! Apakah kamu mengerti?"

Dengan takjub si pemuda mendengar semua ucapan kakek. Lalu, sambil tersenyum gembira, diamenjawab, "Saya mengerti Kek, saya mengerti! Terima kasih! Saya siap menghadapi selangkah demi selangkah setiap rintangan dan tantangan yang ada! Tekad saya makin mantap untuk mendaki lagi sampaimencapai puncak gunung ini."

Dengan senyum puas , sang kakek berkata, "Anak muda, aku percaya kamu pasti bisa mencapai puncak gunung itu!"

Pembaca yang luar biasa,
Untuk mencapai kesuksesan seperti yang kita inginkan, sama seperti analogi mendaki gunung tadi. Tidak ada jalan rata dan pintas! Sewaktu-waktu, rintangan,kesulitan, dan kegagalan selalu datang menghadang. Hanya dengan mental dan tekad yang kuat, tetap menjaga komitmen dan berjuang, kita akan mencapai puncak kesuksesan.

Salam sukses, luar biasa!
Andrie Wongso


http://mrsigit80.blogspot.com/

Doa dan Usaha

Dikisahkan, ada seorang pemuda sedang naik sepeda motor di jalan raya. Tiba-tiba hujan turun dengan derasnya seperti ditumpahkan dari langit. Dengan segera ditepikan sepeda motornya untuk berteduh di emper sebuah toko. Dia pun membuka helm yang dikenakan dan segera perhatiannya tercurah pada langit di atas yang berlapis awan kelabu.

Sambil menggigil kedinginan, bibirnya tampak berkomat-kamit melantunkan doa, “Tuhan, tolong hentikan hujan yang kau kirim ini. Engkau tahu, saya sedang didesak keadaan harus segera tiba di tempat tujuan. Please Tuhan….., please….. Tolong dengarkan doa hambamu ini”. Dan tak lama kemudian tiba-tiba hujan berhenti dan segera si pemuda melanjutkan perjalanannya sambil mengucap syukur dan berterima kasih kepada Tuhan yang telah mendengar dan mengabulkan doanya.

Di waktu yang berbeda, di cuaca yang masih tidak menentu, lagi-lagi hujan turun cukup deras dan kembali si pemuda mengulang kegiatan yang sama seperti pengalamannya yang lalu, yakni berdoa memohon Tuhan menghentikan hujan, tetapi kali ini hujan tidak berhenti bahkan semakin deras mengguyur bumi. Di tengah menunggu berhentinya hujan, si pemuda sadar, dia harus berupaya menemukan dan membeli jas hujan untuk mengantisipasi saat berkendaraan di tengah hujan. Kali ini, walaupun terlambat, dia belajar sesuatu hal yakni ada saatnya mengucap doa tetapi juga harus disertai dengan usaha yaitu menyiapkan jas hujan.

Suatu hari, di waktu yang berbeda,si pemuda ke kantor tanpa sepeda motornya karena mogok akibat kebanjiran. Hujan yang kembali turun, tetapi jas hujan yang telah dibeli, saat dibutuhkan, tiba-tiba raib entah kemana. Dia pun mulai bertanya kesana kemari, barangkali ada yang bersedia meminjamkan payung atau apapun untuk melindunginya dari terpaan guyuran hujan. Kembali diulang doa yang sama, usaha yang sama, dan harapan yang sama pula. Eh,tiba-tiba seorang teman yang bersiap hendak meninggalkan tempat itu dengan berkendaraan mobil berkata, “Hai teman, kalau kita searah jalan. Ayo ikut aku sekalian. Aku antar sampai tempat tujuanmu dan dijamin tidak kehujanan, oke?”. maka si pemuda itu pun mendapat tumpangan dan pulang ke rumah dengan selamat.

Peristiwa alam yang sama, yakni turunnya hujan, telah mengajarkan si pemuda bahwa selain doa, harus usaha dan akhirnya berserah. Karena jika kita mau membuka hati, ternyata Tuhan tidak pernah meninggalkan kita tetapi kitalah yang harus berupaya dengan segala cara dan pikiran yang telah dikaruniakan Tuhan kepada kita.

Pembaca yang budiman,

Hanya sekedar mengandalkan doa saja namun tanpa usaha dan kerja nyata tidak mungkin ada perkembangan, hasil akhirnyapun pasti nihil alias kosong, sedangkan sekedar kerja keras tanpa diiringi doa memungkinkan kita salah bertindak karena hanya memikirkan hasilnya. Dengan dilengkapi doa tentu usaha kita itu terarah di jalan yang benar, baik dan halal, maka yang paling ideal adalah usaha dan kerja keras kita yang diiringi dengan doa, niscaya segala usaha kita akan dikabulkan dan tentu hasil yang kita inginkan akan sukses dan memuaskan.

* Andrie Wongso


Salam sukses luar biasa!!!
http://mrsigit80.blogspot.com/


Setiap Insan Adalah Special

Alkisah, disebuah kelas sekolah dasar, bu guru memulai pelajaran dengan topik bahasan, “Setiap insan adalah spesial”. Kehadiran manusia di dunia ini begitu berarti dan penting. “Anak-anakku, kalian, setiap anak adalah penting dan spesial bagi ibu. Semua guru menyayangi dan mengajar kalian karena kalian adalah pribadi yang penting dan spesial. Hari ini ibu khusus membawa stiker bertuliskan warna merah “Aku adalah spesial”. Kalian maju satu persatu, ibu akan menempelkan stiker ini di dada sebelah kiri kalian”.

Dengan tertib anak-anak maju satu persatu untuk menerima stiker dan sebuah kecupan sayang dari bu guru mereka. Setelah selesai, bu guru melanjutkan “Ibu beri kalian masing-masing tambahan 4 stiker. Beri dan tempelkan 1 kepada orang yang kalian anggap spesial, sebagai ungkapan rasa hormat dan terima kasih dan kemudian serahkan 3 stiker lainnya untuk diteruskan kepada orang yang dirasa spesial pula olehnya, begitu seterusnya. Mengerti kan…….”.

Sepulang sekolah, seorang murid pria mendatangi sebuah kantor, diapun memberikan stikernya kepada seorang manajer di sana. “Pak, bapak adalah orang yang spesial buat saya. Karena nasehat-nasehatpak berikan, sekarang saya telah menjadi pelajar yang lebih baik dan bertanggung jawab. Ini ada 3 stiker yang sama, bapak bisa melakukan hal yang sama, memberikannya kepada siapapun yang menurut bapak pantas menerimanya”.

Lewat beberapa hari, manajer tersebut menemui pimpinan perusahaannya yang emosional dan sulit untuk didekati. Tetapi mempunyai pengetahuan yang luas dan telah memberi banyak pelajaran hingga dia bisa menjadi seperti hari ini. Awalnya sang pemimpin terkesima, namun setelah mengetahui alasan pemberian stiker itu, dia pun menerimanya dengan haru. Sambil mengangsurkan si manajer berkata,”Ini ada 1 stiker yang tersisa. Bapak bisa melakukan yang sama kepada siapapun yang pantas menerima rasa sayang dari bapak”. Sesampai di rumah, bergegas ditemui putra tunggalnya. “Anakku, selama ini ayah tidak banyak memberi perhatian kepadamu, meluangkan waktu untuk menemanimu. Maafkan ayahmu yang sering kali marah-marah karena hal-hal sepele yang telah kamu lakukan dan ayah anggap salah. Malam ini, ayah ingin memberi stiker ini dan memberitahu kepadamu bahwa bagi ayah, selain ibumu, kamu adalah yang terpenting dalam hidup ayah. Ayah sayang kepadamu”. Setelah kaget sesaat, si anak balas memeluk ayahnya sambil menangis sesenggukan. “Ayah, sebenarnya aku telah berencana telah bunuh diri. Aku merasa hidupku tidak berarti bagi siapapun dan ayah tidak pernah menyayangiku. Terima kasih ayah”. Mereka pun berpelukan dalam syukur dan haru serta berjanji untuk saling memperbaiki diri.

Pembaca yang luar biasa,
Kehidupan layaknya seperti pantulan sebuah cermin. Dia akan bereaksi yang sama seperti yang kita lakukan. Begitu pentingnya bisa menghargai dan menempatkan orang lain di tempat yang semestinya. memuji orang lain dengan tulus juga merupakan ilmu hidup yang sehat, bahkan sering kali pujian yang diberikan disaat yang tepat akan memotivasi orang yang dipuji, membuat mereka bertambah maju dan berkembang, dan hubungan diantara kitapun akan semakin harmonis, mari kita mulai dari diri kita sendiri, belajar memberi pujian, menghormati dan memperhatikan orang lain dengan tulus dengan demikian kehidupan kita pasti penuh gairah, damai dan mengembirakan.

Salam sukses luar biasa!
Andrie Wongso



http://mrsigit80.blogspot.com/

Arti Kehidupan

Alkisah, seorang pemuda mendatangi orang tua bijak yang tinggal di sebuah desa yang begitu damai. Setelah menyapa dengan santun, si pemuda menyampaikan maksud dan tujuannya. “Saya menempuh perjalanan jauh ini untuk menemukan cara membuat diri sendiri selalu bahagia, sekaligus membuat orang lain selalu gembira.”

Sambil tersenyum bijak, orang tua itu berkata, “Anak muda, orang seusiamu punya keinginan begitu, sungguh tidak biasa. Baiklah, untuk memenuhi keinginanmu, paman akan memberimu empat kalimat. Perhatikan baik-baik ya…”

“Pertama, anggap dirimu sendiri seperti orang lain!” Kemudian, orang tua itu bertanya, “Anak muda, apakah kamu mengerti kalimat pertama ini? Coba pikir baik-baik dan beri tahu paman apa pengertianmu tentang hal ini.”

Si pemuda menjawab, “Jika bisa menganggap diri saya seperti orang lain, maka saat saya menderita, sakit dan sebagainya, dengan sendirinya perasaan sakit itu akan jauh berkurang. Begitu juga sebaliknya, jika saya mengalami kegembiraan yang luar biasa, dengan menganggap diri sendiri seperti orang lain, maka kegembiraan tidak akan membuatku lupa diri. Apakah betul, Paman?”

Dengan wajah senang, orang tua itu mengangguk-anggukkan kepala dan melanjutkan kata-katanya. “Kalimat kedua, anggap orang lain seperti dirimu sendiri!”

Pemuda itu berkata, ” Dengan menganggap orang lain seperti diri kita, maka saat orang lain sedang tidak beruntung, kita bisa berempati, bahkan mengulurkan tangan untuk membantu. Kita juga bisa menyadari akan kebutuhan dan keinginan orang lain. Berjiwa besar serta penuh toleransi. Betul, Paman?”

Dengan raut wajah makin cerah, orang tua itu kembali mengangguk-anggukkan kepala. Ia berkata, “Lanjut ke kalimat ketiga. Perhatikan kalimat ini baik-baik, anggap orang lain seperti mereka sendiri!”

Si anak muda kembali mengutarakan pendapatnya, “Kalimat ketiga ini menunjukkan bahwa kita harus menghargai privasi orang lain, menjaga hak asasi setiap manusia dengan sama dan sejajar. Sehingga, kita tidak perlu saling menyerang wilayah dan menyakiti orang lain. Tidak saling mengganggu. Setiap orang berhak menjadi dirinya sendiri. Bila terjadi ketidakcocokan atau perbedaan pendapat, masing-masing bisa saling menghargai.”

Kata orang tua itu, “Bagus, bagus sekali! Nah, kalimat keempat: anggap dirimu sebagai dirimu sendiri! Paman telah menyelesaikan semua jawaban atas pertanyaanmu. Kalimat yang terakhir memang sesuatu yang sepertinya tidak biasa. Karena itu, renungkan baik-baik.”

Pemuda itu tampak kebingungan. Katanya, “Paman, setelah memikirkan keempat kalimat tadi, saya merasa ada ketidakcocokan, bahkan ada yang kontradiktif. Bagaimana caranya saya bisa merangkum keempat kalimat tersebut menjadi satu? Dan, perlu waktu berapa lama untuk mengerti semua kalimat Paman sehingga aku bisa selalu gembira dan sekaligus bisa membuat orang lain juga gembira?”

Spontan, orang tua itu menjawab, “Gampang. Renungkan dan gunakan waktumu seumur hidup untuk belajar dan mengalaminya sendiri.”

Begitulah, si pemuda melanjutkan kehidupannya dan akhirnya meninggal. Sepeninggalnya, orang-orang sering menyebut namanya dan membicarakannya. Dia mendapat julukan sebagai: “Orang bijak yang selalu gembira dan senantiasa menularkan kegembiraannya kepada setiap orang yang dikenal.”

Pembaca yang luar biasa,

Sebagai makhluk sosial, kita dituntut untuk belajar mencintai kehidupan dan berinteraksi dengan manusia lain di muka bumi ini. Selama kita mampu menempatkan diri, tahu dan mampu menghargai hak-hak orang lain, serta mengerti keberadaan jati diri sendiri di setiap jenjang proses kehidupan, maka kita akan menjadi manusia yang lentur. Dengan begitu, di mana pun kita bergaul dengan manusia lain, akan selalu timbuk kehangatan, kedamaian, dan kegembiraan. Sehingga, kebahagiaan hidup akan muncul secara alami… luar biasa!

-Andrie Wongso
http://mrsigit80.blogspot.com/


Mengapa Harus Menunggu

Dikisahkan, ada seorang anak berusia 9 tahun. Saat dia sedang membantu ayahnya mengangkut batu bara demi mengumpulkan dana untuk kegiatan amal, terjadilah kecelakaan yang telah merubah seluruh kehidupannya. Dia terjatuh, dan kakinya terlindas kereta api barang sehingga sepasang kaki harus diamputasi. Berbulan-bulan, hari-harinya diwarnai dengan penderitaan panjang, dia harus berjuang dari satu meja operasi ke meja operasi lainnya dan menghabiskan jam-jam yang sangat menyakitkan.

Namun dia tidak pernah patah semangat dan dengan tegar menjalaninya sehingga dokter mengijinkannya keluar dari rumah sakit dengan berkursi roda. Tanpa membuang waktu dia ingin menguji fisiknya dengan belajar berenang. Pertama kali masuk ke air, dia pun langsung tenggelam sampai ke dasar kolam renang. Pelatihnya menggunakan jala untuk mengangkatnya naik ke permukaan. Pelajaran mengapung dan seterusnya dilakukan setiap hari dan 5 bulan kemudian dia mampu berenang sebanyak 52x panjang kolam renang tanpa berhenti! Sungguh luar biasa!

Dan sejak saat itu, tidak ada lagi yang bisa menghalangi keinginannya untuk melakukan kegiatan fisik layaknya orang-orang yang bertubuh normal. Dia belajar menyetir mobil, ikut balapan dan berhasil menjadi atlet gokart yang handal, disegani dan terkenal.

Ketekunannya berlatih fisik di kolam renang dan tempat tinggalnya yang tak jauh dari pantai, menginspirasinya belajar menjadi surf lifeguard, yaitu penjaga pantai yang melindungi dan menyelamatkan para peselancar. Dia satu-satunya manusia di dunia, tanpa kaki yang berprofesi seperti itu. Dia juga belajar Taewondo hingga memperoleh Dan 3. Olahraga lempar cakkram, tolak peluru dan lempar lembing berhasil mengalungkan 35 medali dalam kehidupannya. Pencapaian prestasinya melandasi kepercayaan dirinya membina hubungan dengan seorang wanita yang dicintai. Akhirnya dia menikah dan memperoleh 3 orang anak. Bersama istrinya, mereka bahu membahu menjadi pengusaha sukses. Berkat prestasi dan keinginannya membantu orang lain agar tidak menyerah, akhirnya menghantarkannya menjadi pembicara motivasional kelas dunia. Pemuda hebat itu bernama TONY CHRISTIANSEN.

Saat ditanya apa rahasia suksesnya? Dia menjawab: Mengapa harus menunggu? Jangan menghabiskan waktu dengan duduk dan menunggu tertabrak kereta api sebelum melakukan sesuatu dan mencetak berprestasi. Kecelakaan yang saya alami telah mengasah karakter serta hidup saya dalam beragam cara! Membantu saya dalam menyampaikan pesan kepada semua orang yang mau mendengar, mau belajar serta mau merubah hidup lebih baik! Jadi, mengapa harus menunggu? Segera lakukan! – TAKE ACTION!!”

Pembaca yang luar biasa,

Hidup adalah tindakan! Live is action! Sebuah cita-cita yang indah, jika hanya menunggu tanpa bertindak nyata, maka tinggal hanya mayat cita-cita, sebuah perencanaan yang matang tanpa action! Cuma menyisakan coretan kosong.

Cerita manusia luar biasa Tony Christiansen tadi cukup jelas pelajaran yang bisa kita ambil. Bagaimanapun keadaan fisik kita , atau betapapun jeleknya keadaan di luar kita, semuanya bisa di rubah, nothing is impossible, tiada yang mustahil!

Manusia yang paling penting adalah jangan krisis mental. Dengan kekayaan mental, seseorang akan berani memulai dari apa adanya dia, dan semua perjuangannya diarahkan pada titik target besar yang punya bobot dan bernilai. Dengan cara hidup punya kaya mental seperti itu, kita pasti akan selalu menyambut hari-hari baru penuh dengan syukur, optimis, gembira dan menciptakan sukses yang luar biasa! [Andrie Wongso]

http://mrsigit80.blogspot.com/

Berbagi dan berbahagialah

Alkisah, ada seorang anak kelas 5 SD bernama Adi. Setiap hari, Adi tiba di sekolah pagi-pagi sekali. Biasanya saat ia datang, belum ada satu pun teman sekelasnya yang datang.

Suatu hari, saat istirahat, Adi terkejut melihat bekal yang dibawanya dari rumah berkurang separuh . “Siapakah gerangan yang mengambil bekalku?” batinnya dalam hati sambil mengitarkan pandangan curiga ke seputar kelas.

Sepulang dari sekolah, diceritakan kasus bekal yang hilang kepada ibunya. “Ibu tidak lupa menyiapkan bekal untukku sebanyak dua potong kan?” tanya Adi penasaran.

“Iya, Ibu ingat sekali menyiapkan bekalmu dua potong, bukan sepotong,” jawab ibu Adi meyakinkan.
Seminggu kemudian, saat kembali ke kelas, tanpa sengaja, Adi terkejut melihat penjaga sekolah mengendap-endap memasuki kelas yang masih kosong. Dia membuka tas Adi dan mengambil sepotong bekalnya. Kemudian bergegas pergi dengan muka tampak tertekan dan murung.

Sepulang dari sekolah, Adi menceritakan kejadian itu kepada ibunya. “Ibu, ternyata pencurinya si penjaga sekolah. Apa yang harus Adi lakukan, Bu? Kalau Adi laporkan ke wali kelas atau kepala sekolah, dia pasti diberi sanksi, bahkan mungkin dikeluarkan dari sekolah. Kasihan kan, Bu. Walaupun orangnya baik, tapi yang diperbuat kan salah”.

Dengan tersenyum sayang, ibunya menjawab, “Saran ibu, jangan dilaporkan dulu ke sekolah. Ibu kenal baik keluarga penjaga sekolahmu itu. Dia bukan penjahat. Pasti karena terpaksa dia mengambil setengah bekalmu. Dan masih berbaik hati meninggalkan setengahnya untuk Adi agar Adi tidak kelaparan. Begini saja, besok akan Ibu siapkan bekal lebih banyak, dua kali dari biasanya. Adi berikan sebungkus kepada penjaga sekolah. Cukup berikan saja, tidak perlu menegur atau berkata apapun kepadanya. Kita lihat apa reaksinya, setuju?”

Keesokan harinya, Adi menemui penjaga sekolah dan menyerahkan sebungkus bekal. Penjaga sekolah terkejut sesaat, wajahnya pucat dan takjub. Dengan tangan gemetar, diterimanya bingkisan itu. Tampak matanya berkaca-kaca.

Sambil terbata-bata dia berkata, “Terima kasih, terima kasih Nak. Bapak minta maaf telah mengambil setengah jatah bekal Nak Adi. Bapak sungguh menyesal dan dihantui perasaan bersalah. Bapak lakukan karena terpaksa. Anak bapak sakit, sedangkan uang kami tidak cukup untuk membeli makanan karena istri bapak memerlukan biaya untuk melahirkan. Mohon maafkan Bapak, Nak. Bapak berjanji tidak akan mengulanginya. Dan terima kasih karena tidak melaporkan kepada pihak sekolah sehingga Bapak masih bisa bekerja. Sampaikan permintaan maaf dan terima kasih kami pada ibumu. Sungguh beliau seorang ibu yang baik dan bijak”. Sambil mengangguk senang, Adi meninggalkan penjaga sekolahnya.

Teman-teman yang luar biasa,
kesalahan, walau dengan alasan apapun, tidak akan menjadi benar. Mau menyadari, mengakui kesalahan, dan meminta maaf adalah sebuah kebesaran jiwa. Dan berjanji untuk tidak mengulangi adalah kebijaksanaan tertinggi.

Sebaliknya, bisa memaafkan orang yang bersalah kepada kita bahkan rela memberi bantuan dan menyadarkannya, bukan hanya damai di hati tetapi sekaligus menunjukkan kita, manusia, sebagai makhluk yang ber-Tuhan. Maka jelas sekali, jika bisa berbagi, kita akan bahagia. Share and be happy.

Demikian dari saya, AW, action & wisdom motivation training.

Success is my right, sukses adalah hak saya.
Salam sukses luar biasa!!! (Andrie Wongso)

http://mrsigit80.blogspot.com/

Semangkok Baso

Dikisahkan, biasanya di hari ulang tahun Putri, ibu pasti sibuk di dapur memasak dan menghidangkan makanan kesukaannya. Tepat saat yang ditunggu, betapa kecewa hati si Putri, meja makan kosong, tidak tampak sedikit pun bayangan makanan kesukaannya tersedia di sana. Putri kesal, marah, dan jengkel.

“Huh, ibu sudah tidak sayang lagi padaku. Sudah tidak ingat hari ulang tahun anaknya sendiri, sungguh keterlaluan,” gerutunya dalam hati. “Ini semua pasti gara-gara adinda sakit semalam sehingga ibu lupa pada ulang tahun dan makanan kesukaanku. Dasar anak manja!”

Ditunggu sampai siang, tampaknya orang serumah tidak peduli lagi kepadanya. Tidak ada yang memberi selamat, ciuman, atau mungkin memberi kado untuknya.

Dengan perasaan marah dan sedih, Putri pergi meninggalkan rumah begitu saja. Perut kosong dan pikiran yang dipenuhi kejengkelan membuatnya berjalan sembarangan. Saat melewati sebuah gerobak penjual bakso dan mencium aroma nikmat, tiba-tiba Putri sadar, betapa lapar perutnya! Dia menatap nanar kepulan asap di atas semangkuk bakso.

“Mau beli bakso, neng? Duduk saja di dalam,” sapa si tukang bakso.

“Mau, bang. Tapi saya tidak punya uang,” jawabnya tersipu malu.

“Bagaimana kalau hari ini abang traktir kamu? Duduklah, abang siapin mi bakso yang super enak.”
Putri pun segera duduk di dalam.

Tiba-tiba, dia tidak kuasa menahan air matanya, “Lho, kenapa menangis, neng?” tanya si abang.

“Saya jadi ingat ibu saya, nang. Sebenarnya… hari ini ulang tahun saya. Malah abang, yang tidak saya kenal, yang memberi saya makan. Ibuku sendiri tidak ingat hari ulang tahunku apalagi memberi makanan kesukaanku. Saya sedih dan kecewa, bang.”

“Neng cantik, abang yang baru sekali aja memberi makanan bisa bikin neng terharu sampai nangis. Lha, padahal ibu dan bapak neng, yang ngasih makan tiap hari, dari neng bayi sampai segede ini, apa neng pernah terharu begini? Jangan ngeremehin orangtua sendiri neng, ntar nyesel lho.”

Putri seketika tersadar, “Kenapa aku tidak pernah berpikir seperti itu?”

Setelah menghabiskan makanan dan berucap banyak terima kasih, Putri bergegas pergi. Setiba di rumah, ibunya menyambut dengan pelukan hangat, wajah cemas sekaligus lega,

“Putri, dari mana kamu seharian ini, ibu tidak tahu harus mencari kamu ke mana. Putri, selamat ulang tahun ya. Ibu telah membuat semua makanan kesukaan Putri. Putri pasti lapar kan? Ayo nikmati semua itu.”

“Ibu, maafkan Putri, Bu,” Putri pun menangis dan menyesal di pelukan ibunya. Dan yang membuat Putri semakin menyesal, ternyata di dalam rumah hadir pula sahabat-sahabat baik dan paman serta bibinya. Ternyata ibu Putri membuatkan pesta kejutan untuk putri kesayangannya.

Teman-teman yang luar biasa,

Saat kita mendapat pertolongan atau menerima pemberian sekecil apapun dari orang lain, sering kali kita begitu senang dan selalu berterima kasih. Sayangnya, kadang kasih dan kepedulian tanpa syarat yang diberikan oleh orangtua dan saudara tidak tampak di mata kita. Seolah menjadi kewajiban orangtua untuk selalu berada di posisi siap membantu, kapan pun.

Bahkan, jika hal itu tidak terpenuhi, segera kita memvonis, yang tidak sayanglah, yang tidak mengerti anak sendirilah, atau dilanda perasaan sedih, marah, dan kecewa yang hanya merugikan diri sendiri.
Maka untuk itu, kita butuh untuk belajar dan belajar mengendalikan diri, agar kita mampu hidup secara harmonis dengan keluarga, orangtua, saudara, dan dengan masyarakat lainnya.

Demikian dari saya Andrie Wongso
Action & Wisdom Motivation Training
Success is My Right, Sukses adalah Hak Saya
Salam sukses luar biasa!!

http://mrsigit80.blogspot.com/

Keseimbangan Hidup

Dikisahkan, suatu hari ada seorang anak muda yang tengah menanjak karirnya tapi merasa hidupnya tidak bahagia. Istrinya sering mengomel karena merasa keluarga tidak lagi mendapat waktu dan perhatian yang cukup dari si suami. Orang tua dan keluarga besar, bahkan menganggapnya sombong dan tidak lagi peduli kepada keluarga besar. Tuntutan pekerjaan membuatnya kehilangan waktu untuk keluarga, teman-teman lama, bahkan saat merenung bagi dirinya sendiri.

Hingga suatu hari, karena ada masalah, si pemuda harus mendatangi salah seorang petinggi perusahaan di rumahnya. Setibanya di sana, dia sempat terpukau saat melewati taman yang tertata rapi dan begitu indah.

“Hai anak muda. Tunggulah di dalam. Masih ada beberapa hal yang harus Bapak selesaikan,” seru tuan rumah. Bukannya masuk, si pemuda menghampiri dan bertanya, “Maaf, Pak. Bagaimana Bapak bisa merawat taman yang begitu indah sambil tetap bekerja dan bisa membuat keputusan-keputusan hebat di perusahaan kita?”

Tanpa mengalihkan perhatian dari pekerjaan yang sedang dikerjakan, si bapak menjawab ramah, “Anak muda, mau lihat keindahan yang lain? Kamu boleh kelilingi rumah ini. Tetapi, sambil berkeliling, bawalah mangkok susu ini. Jangan tumpah ya. Setelah itu kembalilah kemari”.

Dengan sedikit heran, namun senang hati, diikutinya perintah itu. Tak lama kemudian, dia kembali dengan lega karena mangkok susu tidak tumpah sedikit pun. Si bapak bertanya, “Anak muda. Kamu sudah lihat koleksi batu-batuanku? Atau bertemu dengan burung kesayanganku?”

Sambil tersipu malu, si pemuda menjawab, “Maaf Pak, saya belum melihat apa pun karena konsentrasi saya pada mangkok susu ini. Baiklah, saya akan pergi melihatnya.”

Saat kembali lagi dari mengelilingi rumah, dengan nada gembira dan kagum dia berkata, “Rumah Bapak sungguh indah sekali, asri, dan nyaman.” tanpa diminta, dia menceritakan apa saja yang telah dilihatnya. Si Bapak mendengar sambil tersenyum puas sambil mata tuanya melirik susu di dalam mangkok yang hampir habis.

Menyadari lirikan si bapak ke arah mangkoknya, si pemuda berkata, “Maaf Pak, keasyikan menikmati indahnya rumah Bapak, susunya tumpah semua”.

“Hahaha! Anak muda. Apa yang kita pelajari hari ini? Jika susu di mangkok itu utuh, maka rumahku yang indah tidak tampak olehmu. Jika rumahku terlihat indah di matamu, maka susunya tumpah semua. Sama seperti itulah kehidupan, harus seimbang. Seimbang menjaga agar susu tidak tumpah sekaligus rumah ini juga indah di matamu. Seimbang membagi waktu untuk pekerjaan dan keluarga. Semua kembali ke kita, bagaimana membagi dan memanfaatkannya. Jika kita mampu menyeimbangkan dengan bijak, maka pasti kehidupan kita akan harmonis”.

Seketika itu si pemuda tersenyum gembira, “Terima kasih, Pak. Tidak diduga saya telah menemukan jawaban kegelisahan saya selama ini. Sekarang saya tahu, kenapa orang-orang menjuluki Bapak sebagai orang yang bijak dan baik hati”.

Teman-teman yang luar biasa,
Dapat membuat kehidupan seimbang tentu akan mendatangkan keharmonisan dan kebahagiaan. Namun bisa membuat kehidupan menjadi seimbang, itulah yang tidak mudah.

Saya kira, kita membutuhkan proses pematangan pikiran dan mental. Butuh pengorbanan, perjuangan, dan pembelajaran terus menerus. Dan yang pasti, untuk menjaga supaya tetap bisa hidup seimbang dan harmonis, ini bukan urusan 1 atau 2 bulan, bukan masalah 5 tahun atau 10 tahun, tetapi kita butuh selama hidup. Selamat berjuang!

Demikian dari saya, Andrie Wongso – action and wisdom motivation training.
Success is my right, sukses adalah hak saya!

Salam sukses luar biasa!!

http://mrsigit80.blogspot.com/

Bersyukur dan bahagia

Alkisah, ada seorang pedagang kaya yang merasa dirinya tidak bahagia. Dari pagi-pagi buta, dia telah bangun dan mulai bekerja. Siang hari bertemu dengan orang-orang untuk membeli atau menjual barang. Hingga malam hari, dia masih sibuk dengan buku catatan dan mesin hitungnya. Menjelang tidur, dia masih memikirkan rencana kerja untuk keesokan harinya. Begitu hari-hari berlalu.

Suatu pagi sehabis mandi, saat berkaca, tiba-tiba dia kaget saat menyadari rambutnya mulai menipis dan berwarna abu-abu. “Akh. Aku sudah menua. Setiap hari aku bekerja, telah menghasilkan kekayaan begitu besar! Tetapi kenapa aku tidak bahagia? Ke mana saja aku selama ini?”

Setelah menimbang, si pedagang memutuskan untuk pergi meninggalkan semua kesibukannya dan melihat kehidupan di luar sana. Dia berpakaian layaknya rakyat biasa dan membaur ke tempat keramaian.

“Duh, hidup begitu susah, begitu tidak adil! Kita telah bekerja dari pagi hingga sore, tetapi tetap saja miskin dan kurang,” terdengar sebagian penduduk berkeluh kesah.

Di tempat lain, dia mendengar seorang saudagar kaya; walaupun harta berkecukupan, tetapi tampak sedang sibuk berkata-kata kotor dan memaki dengan garang. Tampaknya dia juga tidak bahagia.

Si pedagang meneruskan perjalanannya hingga tiba di tepi sebuah hutan. Saat dia berniat untuk beristirahat sejenak di situ, tiba-tiba telinganya menangkap gerak langkah seseorang dan teriakan lantang, “Huah! Tuhan, terima kasih. Hari ini aku telah mampu menyelesaikan tugasku dengan baik. Hari ini aku telah pula makan dengan kenyang dan nikmat. Terima kasih Tuhan, Engkau telah menyertaiku dalam setiap langkahku. Dan sekarang, saatnya hambamu hendak beristirahat.”

Setelah tertegun beberapa saat dan menyimak suara lantang itu, si pedagang bergegas mendatangi asal suara tadi. Terlihat seorang pemuda berbaju lusuh telentang di rerumputan. Matanya terpejam. Wajahnya begitu bersahaja.

Mendengar suara di sekitarnya, dia terbangun. Dengan tersenyum dia menyapa ramah, “Hai, Pak Tua. Silahkan beristirahat di sini.”

“Terima kasih, Anak Muda. Boleh bapak bertanya?” tanya si pedagang.
“Silakan.”

“Apakah kerjamu setiap hari seperti ini?”
“Tidak, Pak Tua. Menurutku, tak peduli apapun pekerjaan itu, asalkan setiap hari aku bisa bekerja dengan sebaik2nya dan pastinya aku tidak harus mengerjakan hal sama setiap hari. Aku senang, orang yang kubantu senang, orang yang membantuku juga senang, pasti Tuhan juga senang di atas sana. Ya kan? Dan akhirnya, aku perlu bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan atas semua pemberiannya ini”.

Teman-teman yang luar biasa,
Kenyataan di kehidupan ini, kekayaan, ketenaran, dan kekuasaan sebesar apapun tidak menjamin rasa bahagia. Bisa kita baca kisah hidup seorang maha bintang Michael Jackson yang meninggal belum lama ini, yang berhutang di antara kelimpahan kekayaannya. Dia hidup menyendiri dan kesepian di tengah keramaian penggemarnya; tidak bahagia di tengah hiruk pikuk bumi yang diperjuangkannya.

Entah seberapa kontroversial kehidupan Jacko. Tetapi, yah… setidaknya, dia telah berusaha berbuat yang terbaik dari dirinya untuk umat manusia lainnya.

Mari, jangan menjadi budaknya materi. Mampu bersyukur merupakan kebutuhan manusia. Mari kita berusaha memberikan yang terbaik bagi diri kita sendiri, lingkungan kita, dan bagi manusia-manusia lainnya. Sehingga, kita senantiasa bisa menikmati hidup ini penuh dengan sukacita, syukur, dan bahagia.

Salam sukses luar biasa!!!
Andrie Wongso

http://mrsigit80.blogspot.com/

Nilai Kehidupan

Alkisah, ada seorang pemuda yang hidup sebatang kara. Pendidikan rendah, hidup dari bekerja sebagai buruh tani milik tuan tanah yang kaya raya. Walapun hidupnya sederhana tetapi sesungguhnya dia bisa melewati kesehariannya dengan baik.

Pada suatu ketika, si pemuda merasa jenuh dengan kehidupannya. Dia tidak mengerti, untuk apa sebenarnya hidup di dunia ini. Setiap hari bekerja di ladang orang demi sesuap nasi. Hanya sekadar melewati hari untuk menunggu kapan akan mati. Pemuda itu merasa hampa, putus asa, dan tidak memiliki arti.

“Daripada tidak tahu hidup untuk apa dan hanya menunggu mati, lebih baik aku mengakhiri saja kehidupan ini,” katanya dalam hati. Disiapkannya seutas tali dan dia berniat menggantung diri di sebatang pohon.

Pohon yang dituju, saat melihat gelagat seperti itu, tiba-tiba menyela lembut. “Anak muda yang tampan dan baik hati, tolong jangan menggantung diri di dahanku yang telah berumur ini. Sayang, bila dia patah. Padahal setiap pagi ada banyak burung yang hinggap di situ, bernyanyi riang untuk menghibur siapapun yang berada di sekitar sini.”

Dengan bersungut-sungut, si pemuda pergi melanjutkan memilih pohon yang lain, tidak jauh dari situ. Saat bersiap-siap, kembali terdengar suara lirih si pohon, “Hai anak muda. Kamu lihat di atas sini, ada sarang tawon yang sedang dikerjakan oleh begitu banyak lebah dengan tekun dan rajin. Jika kamu mau bunuh diri, silakan pindah ke tempat lain. Kasihanilah lebah dan manusia yang telah bekerja keras tetapi tidak dapat menikmati hasilnya.”

Sekali lagi, tanpa menjawab sepatah kata pun, si pemuda berjalan mencari pohon yang lain. Kata yang didengarpun tidak jauh berbeda, “Anak muda, karena rindangnya daunku, banyak dimanfaatkan oleh manusia dan hewan untuk sekadar beristirahat atau berteduh di bawah dedaunanku. Tolong jangan mati di sini.”

Setelah pohon yang ketiga kalinya, si pemuda termenung dan berpikir, “Bahkan sebatang pohonpun begitu menghargai kehidupan ini. Mereka menyayangi dirinya sendiri agar tidak patah, tidak terusik, dan tetap rindang untuk bisa melindungi alam dan bermanfaat bagi makhluk lain”.

Segera timbul kesadaran baru. “Aku manusia; masih muda, kuat, dan sehat. Tidak pantas aku melenyapkan kehidupanku sendiri. Mulai sekarang, aku harus punya cita-cita dan akan bekerja dengan baik untuk bisa pula bermanfaat bagi makhluk lain”.

Si pemuda pun pulang ke rumahnya dengan penuh semangat dan perasaan lega.

Teman-teman yang luar biasa,

Kalau kita mengisi kehidupan ini dengan menggerutu, mengeluh, dan pesimis, tentu kita menjalani hidup ini (dengan) terasa terbeban dan saat tidak mampu lagi menahan akan memungkinkan kita mengambil jalan pintas yaitu bunuh diri.

Sebaliknya, kalau kita mampu menyadari sebenarnya kehidupan ini begitu indah dan menggairahkan, tentu kita akan menghargai kehidupan ini. Kita akan mengisi kehidupan kita, setiap hari penuh dengan optimisme, penuh harapan dan cita-cita yang diperjuangkan, serta mampu bergaul dengan manusia-manusia lainnya.

Maka, jangan melayani perasaan negatif. Usir segera. Biasakan memelihara pikiran positif, sikap positif, dan tindakan positif. Dengan demikian kita akan menjalani kehidupan ini penuh dengan syukur, semangat, dan sukses luar biasa!

Salam sukses luar biasa!!!
-Andrie Wongso



Jumat, 16 September 2011

Forgive

Meminta maaf atau memaafkan, manakah hal yang lebih sulit untuk di lakukan? Semua orang pastinya pernah mengalami kecewa ataupun sakit hati, tapi mereka mempunyai cara atau sikap yang berbeda dalam menyikapi, menghadapi dan menyelesaikan setiap permasalahan yang di alaminya. Ada tipe orang yang menyimpan rasa dendam sepanjang hidupnya dan berpikir untuk membalas dengan perlakuan yang sama, namun ada juga orang yang berpikir bahwa semua yang di alaminya adalah teguran atau cobaan yang mengharuskannya memperbaiki diri. Dia cenderung mengambil hikmah dan pelajaran dari semua hal buruk yang menimpanya dan berusaha untuk tidak melakukan kesalahan yang sama. Hidup memang tidak selalu menyakitkan, namun sakit yang kita rasakan selalu menjadi alasan untuk berubah.

Kita harus menyadari bahwa tiap orang yang ada dalam hidupmu menjadi gurumu, walaupun mengesalkan, mereka mengajari dan menunjukkan segala kekuranganmu. Hal yang terpenting adalah bukanlah siapa yang benar tapi apa yang benar karena kebenaran menurut kita betapapun benarnya, bukanlah satu-satunya kebenaran yang ada. Jadi jangan pernah merasa diri kita yang paling benar! Setiap hal yang membuat kita marah atau jengkel terhadap orang lain, bisa membuat kita lebih memahami diri sendiri. Membuat kita berpikir apakah semua yang terjadi benar-benar kesalahan orang lain ataukah tanpa di sadari kita ikut “terlibat” di dalamnya.s

Sebelum kita menyalahkan orang lain dengan apa yang menimpa kita, alangkah baiknya kita memahami benar-benar kenapa semua itu bisa terjadi. Berusahalah untuk memandang sesuatu hal dari beberapa sudut pandang, dengan begitu kita tidak akan cepat “menjudge” orang lain. Walaupun pada akhirnya kita meyakini bahwa semua yang terjadi bukanlah kesalahan kita, namun jikalau kita bisa meminta maaf atau memaafkan, kita sudah menunjukkan kalau kita lebih berani dan lebih bijak dalam bersikap. Ingatlah, bahwa kebijaksanaan itu hanya terdapat dalam kebenaran.

Seiring berjalannya waktu, semua kekecewaan yang kita alami akan berangsur-angsur hilang, asalkan kita bisa berpikir positif dan mengambil hikmah dari apa yang telah terjadi. Memang selalu membutuhkan keberanian dan proses untuk bisa melakukannya. Percayalah, waktu menyembuhkan semuanya. Ingatlah, meminta maaf tidak membuat kita hina, memberi maaf jangan membuat kita bangga, tetapi saling memaafkan akan membuat kita mulia.

Tiada pemberian yang terindah selain maaf dan tiada perbuatan yang mulia selain memaafkan.



By. Shanty Wiryahaspati

*Kata Bijak Berbagai Sumber


http://mrsigit80.blogspot.com/

Jangan Berhenti Berharap

Harapan adalah sumber kekuatan. Tanpa adanya harapan, kita seolah tidak mempunyai tujuan hidup. Memang hal yang sangat sulit adalah menjaga harapan itu tetap ada dalam hati kita, karena godaan terbesarnya adalah menyerah dan putus asa. Janganlah sedikitpun memberikan tempat dan pikiran untuk menyerah pada nasib. Janganlah berputus asa, tetapi kalau sampai berada dalam keadaan putus asa, berjuanglah terus dalam keadaan putus asa.

Terkadang kita berpikir, masalah ataupun cobaan yang menimpa kita adalah masalah yang sangat berat, tapi coba kita lihat sekeliling kita, kita akan menyadari bahwa masih banyak orang lain yang masalah dan cobaan hidupnya jauh lebih berat dari kita. Hal itu akan membuat kita bertanya-tanya, bagaimana mereka bisa menghadapi dan melaluinya? Salah satu kuncinya adalah karena adanya harapan.

Orang yang berputus asa dan tidak mempunyai harapan adalah orang yang egois. Kenapa aku mengatakan seperti itu? Karena dia hanya memikirkan diri sendiri, tidak berpikir atau bahkan menyadari kalau di luar sana, di sekelilingnya masih banyak orang-orang yang menyayanginya, yang peduli dengan kebahagiaannya , yang akan selalu berusaha membantunya. Dia tidak berpikir, betapa kecewa dan sedihnya mereka jikalau orang yang di sayanginya terpuruk atau bahkan putus asa.

Keberanian! Keberanian dalam menerima kenyataan, keberanian untuk kembali bangkit ketika terjatuh,, keberanian untuk melawan semua godaan yang ada dalam hati, pikiran maupun orang-orang di sekitar kita adalah salah satu hal yang sangat di butuhkan agar seseorang tetap mempunyai harapan.. Selain itu, keyakinan dan pikiran yang positif juga mempunyai pengaruh yang sangat besar., dan ingat, akan selalu ada yang membantu kita, yaitu Allah.

Setiap hal memang terkadang membutuhkan proses dan waktu, tapi selama kita berusaha dan yakin, , kita pasti akan bisa melaluinya.. Seseorang akan bisa merubah hidup dan nasibnya apabila dia merubah sikap dan juga cara berpikirnya,. Selama kita yakin, maka apapaun yang tidak mungkin bisa menjadi mungkin. Kita harus yakin pintu pasti akan di bukakan untuk kita, mungkin bukan pintu yang selalu kita inginkan, namun pintu yang akhirnya akan terbukti terbaik untuk kita. Janganlah berputus asa jika tersandung dan terjatuh ke dalam lubang yang luas, karena kita pasti akan keluar darinya dengan keadaan yang lebih tegar dan lebih kuat. Berbuatlah sesuatu agar kita tetap hidup.



Berusahalah untuk mendapatkan kebahagiaan karena setiap orang berhak untuk bahagia.



By. Shanty Wiryahaspati

*Kata Bijak Berbagai Sumber

http://mrsigit80.blogspot.com/

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More