Kamis, 17 November 2011

Motivasi Berprestasi

KOMENTAR PARA AHLI

Motivasi merupakan salah satu konsep yang mendapat perhatian dala ilmu psikologi. Berbagai penelitian dilakukan untuk memahami konsep motivasi, berikut aspek-aspek yang melingkupinya, dan faktor-faktor yang dipengaruhi serta mempengaruhinya.

Kata motivasi diambil dari kata dalam bahasa Inggris Motivation, yang asal usulnya menurut para pakar bahasa berasa dari bahasa Yunani, yaitu Movore yang berarti “bergerak”.

Pengertian dasar dari kata motivasi tersebut tentu saja belum memadai untuk menjelaskan konsep motivasi dalam perkembangan penggunaannya. Jones memandang motivasi sebagai usaha untuk memulai, mengerahkan energi, memelihara, mengarahkan, dan menghentikan perilaku, berikut semua bentuk reaksi subjektif yang terjadi dalam diri individu selama suatu bentuk perilaku ditampilkan.

Compbell mendifinisikan motivasi sebagai serangkaian hubungan antar faktor yang menjelaskan arah, kekuatan dan persistensi perilaku.

Dari berbagai definisi tentang motivasi, minimal ada 3 komponen dasar yang selalu diseut dalam setiap definisi, yaitu : 



v Adanya hal yang menggerakkan manusia sehingga berbagai bentuk perilaku muncul
v Adanya yang mengarahkan perilaku manusia
v Adanya hal “UANG” mendorong manusia sehingga mampu mempertahankan atau mengembangkan perilakunya.

Komponen pertama menerangkan tentang adanya kekuatan dalam diri manusia yang mendorongnya untuk menampilkan perilaku tertentu, sekaligus mempertahankan diri dari stimulasi eksternal yang kerapkali mengancam kekuatan internal tersebut.

Komponen kedua, menjelaskan adanya arah dan tujuan yang dimiliki manusia, berkaitan dengan perilaku-perilaku yang ditampilkannya.

Komponen ketiga mengandung pengertian bahwa dalam konsep motivasi terdapat sistem penghubung yang menghubungkan kekuatan internal dengan tekanan-tekanan dari luar.

Motivasi akan mempengaruhi dan menentukan bentuk, tujuan dan intensitas perilaku.
Dalam hubungan Motivasi dengan Perilaku, terdapat unsur-unsur yang saling mempengaruhi :

1. adanya kebutuhan atau harapan
2. adanya perilaku atau tindakan
3. adanya tujuan atau insentif
4. adanya bentuk-bentuk umpan balik.

Kebutuhan atau harapan dalam diri individu akan menimbulkan kondisi disekuilibrium dalam diri manusia, kondisi ini akan mempengaruhi suasana psikologi dan memunculkan dorongan untuk menyeimbangkan diri.

Untuk menyeimbangkan kondisi tidak seimbang dalam dirinya, seorang individu kemudian akan menetapkan tujuan dan menampilkan bentuk-bentuk perilaku untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Selama berada dalam pencapaian tujuan yang telah ditentukan, individu akan memperoleh berbagai umpan balik, baik dari diri sendiri maupun dari lingkungan luar.
Atkinson menyamakan motivasi dengan need dan motif yaitu, suatu disposisi laten yang mendorong dan mengarahkan manusia untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.


MOTIVASI BERPRESTASI

Motivasi berprestasi sangat berperan dalam hidup manusia. McClelland mengartikan motivasi berprestasi sebagai dorongan untuk meraih kesuksesan, mencapai suatu tataran, baik yang ditentukan individu maupun pihak-pihak di luar diri. Kesuksesan dalam berbagai bidang kehidupan dipengaruhi oleh motivasi berprestasi.
Dorongan untuk meraih kesuksesan akan sangat dipengaruhi oleh hasil evaluasi individu terhadap berbagai stimulus yang datang dari lingkungannya. Perbedaan tingkat motivasi berprestasi mempengaruhi individu jika dihadapkan pada stimulus berupa tantangan atau peluang yang mungkin diterimanya dari lingkungan.

Motivasi berprestasi juga akan mempengaruhi persepsi terhadap gaji, lokasi tempat bekerja, jenis pekerjaan, sistem pengambilan keputusan dan sistem promosi jabatan.
Dalam konteks psikologi organisasi, motivasi diartikan sebagai kemauan berikut usaha yang dilakukan individu untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi, disertai kemampuan untuk sekaligus memuaskan bentuk-bentuk kebutuhan individu.

Dari sekian banyak kebutuhan psikologis yang dimiliki manusia, McClelland menyebut adanya tiga kebutuhan psikologis yang perannya sangat penting dalam kehidupan manusia, yaitu :

1. kebutuhan untuk berafiliasi (need for affiliation atau n-Aff) yaitu dorongan untuk mengembangkan hubungan sosial yang bersabat dan interpersonal.
2. Kebutuhan untuk berkuasa (need for power atau n-Pow) yaitu dorongan untuk membuat orang lain melakukan perilaku atau aktivitas yang sesuai dengan keinginan individu tersebut.
3. Kebutuhan untuk berprestasi (need for achievment atau n-Ach) yaitu dorongan untuk meraih sukses, berusaha mencapai suatu tataran, baik yang ditentukan oleh individu itu sendiri, maupun oleh pihak-pihak di luar dirinya, dorongan untuk melakukan suatu perilaku secara efektif dan efisien.

Terdapat enam karakteristik yang dapat mengindikasikan dimilikinya n-Ach yang tinggi:

A. Memiliki aktivitas dengan tingkat resiko sedang
B. Mengembangkan aktivitas instrumental yang khas dan energis
C. Cenderung mempertanggungjawabkan perilku dan performa kerjanya secara individu.
D. Mampu mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi.
E. Mampu mengambil manfaat dari hasil perilaku dan keputusan-keputusan yang diambil
F. Memiliki kemampuan untuk berorganisasi.

Miles, mengajukan beberapa asumsi yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan dan pengaruh motivasi terhadap perilaku kerja. 



Asumsi pertama, menyebutkan bahwa manusia secara laten pada dasarnya ingin menyumbangkan sesuatu dalam bentuk pekerjaan (bagi kepentingan dirinya maupun kepentingan orang lain). Inilah yang menjadi dasar bagi semua orang untuk bekerja (motivasi bekerja).

Asumsi kedua, menyatakan bahwa bentuk-bentuk kerja sebaiknya selalu bermakna dan dapat dinikmati oleh individu sebagai pelaku kerja tersebut.

Asumsi ketiga, bahwa pekerja memiliki kemampuan untuk melakukan pengambilan keputusan terkait dengan pekerjaannya.

Asumsi keempat, menekankan pentingnya tingkat kemandirian dalam melakukan pekerjaan dan tingkat keberartian tugas dalm hubungannya dengan kepuasan kerja.


PENUTUP
Dalam uraian diatas terlihat bahwa terdapat pola hubungan yang menarik antara n-Ach dengan persepsi mengenai karakteristik pekerjaan. Dalam mata rantai hubungan pertama, n-Ach mempengaruhi persepsi individu terhadap karakteristik pekerjaan. Dalam mata rantai hubungan berikutnya, persepsi individu terhadap karakteristik pekerjaan akan mempengaruhi motivasi kerja internal, yang juga diwarnai oleh keterlibatan n-Ach.

Individu dengan motivasi berprestasi tinggi selalu berusaha mencari situasi yang menuntut tanggungjawab personal, menyukai aktivitas yang khas dan energis.

Selain itu, individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi cenderung akan lebih menyukai bentuk-bentuk pekerjaan yang menuntut kemandirian, bermakna bagi dirinya dan orang lain, mengandung banyak tantangan.

Terakhir, sebagi catatan sementara tinggi-rendahnya kebutuhan berprestasi berkorelasi dengan persepsi individu mengenai karekteristik pekerjaan.




0 comments via blog:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More