Selasa, 27 September 2011

Setiap Anak Berhak Memilih Calon Pasangan Hidupnya

Pernahkan kalian merasakan sebuah dilema? Di sudutkan pada posisi harus mengambil keputusan ataupun menentukan sesuatu yang sangat sulit, yang mungkin bisa saja melukai hati orang lain? Hal itu bisa menyangkut pekerjaan, jalan hidup ataupun pilihan hidup. Namun dilema yang sering sekali kita lihat bahkan kita rasakan sendiri yaitu masalah jodoh atau pasangan hidup. Sebenarnya siapa yang punya hak untuk menentukan jodoh kita sebagai anak? Kita semua tahu, kalo Allah sudah menentukan jodoh kita tapi aku merasa Allah memberikan kesempatan kepada kita untuk memilih, siapa yang akan kita pilih untuk menjadi pasangan hidup kita walaupun pada akhirnya Allah jugalah yang akan menentukan hasil akhirnya. Jodoh itu misteri Allah, tidak seorangpun yang akan tahu.

Kita hanya bisa berusaha mencari yang terbaik, dalam hal ini tentunya yang terbaik menurut agama, bukan menurut nafsu ataupun keegoisan kita sebagai manusia biasa. Kadang aku berpikir, kalau memang kita di berikan “kesempatan” untuk memilih dan menentukan pasangan hidup kita, kenapa selalu ada saja pihak-pihak yang berusaha “ikut campur” dalam masalah ini. Setiap anak yang menghormati dan berbakti kepada orang tua, tentunya sangat berharap kalau orang tua bisa mengerti dan memberikan kepercayaan kepada mereka sebagai anak untuk memilih pasangan hidup. Aku yakin semua orang tua ingin melihat anaknya bahagia dan tidak ingin melihat mereka hidup sengsara.Mencintai adalah memberikan kebebasan kepada orang lain untuk melakukan keinginannya, untuk menjadi dirinya sendiri tanpa kritik-kritik dari kita. Mencintai berarti memberikan kebebasan kepada orang lain untuk memilih. Namun satu hal yang harus di ingat, bahwa kebahagiaan tidak selalu bisa di ukur dengam materi yang berlimpah dan pendidikan yang tinggi, tapi kebahagiaan hati (batin).

Banyak orang tua yang tidak menyetujui pilihan sang anak, hanya karena “calon” pasangan hidupnya menurut mereka tidak akan bisa membahagiakan anak mereka. Entah karena “kurang” materi, status sosial ataupun pendidikan yang lebih rendah dari sang anak. Mungkin itu yang terbaik menurut versi pihak orang tua, tapi apakah pernah berpikir bagaimana “versi” sang anak itu sendiri? Aku rasa setiap anak sudah cukup dewasa untuk melihat, menilai dan menentukan apakah “calon” pasangannya tersebut itu memang yang terbaik untuknya. Untuk para orang tua, apakah pernah berpikir bagaimana perasaan anak-anak mereka yang harus “mengorbankan” perasaan dan kebahagiaannya demi kebahagiaan orang tua maupun keutuhan keluarganya? Apakah para orang tua bersedia bertanggung jawab apabila ternyata sang anak tidak bahagia dalam kehidupan barunya? Akan lebih bijak apabila orang tua bisa lebih mengedepankan komunikasi, berbicara dari hati ke hati tentang pilihan sang anak dalam menentukan calan pasangan hidupnya.

Setiap anak mungkin akan bisa mengerti kekhawatiran orang tuanya, apabila sang “calon” pasangan yang di pilih sang anak “terlihat” bersikap kurang baik, tidak bertanggung jawab, berbeda keyakinan dan tidak menghormati orang tua. Gambaran karakter seseorang terlihat dari bagaimana ia berbicara dan memandang orang lain, dari sikap dan posisi tubuhnya, juga dari pancaran mata dan kedekatannya dengan orang lain. Tapi yang selalu membuat aku heran, apabila calon pasangan sang anak kebalikan dari yang tadi mereka khawatirkan (dia pribadi yang baik, mau bertanggung jawab dan berusaha ingin membahagiakan anaknya, juga menghormati orang tua), namun tetap saja pihak orang tua tidak menyetujuinya. Apakah orang tua tidak menyadari bahwa sikapnya tersebut sudah melukai perasaan dan juga menghancurkan harapan sang anak untuk mendapatkan kebahagiannya? Setiap anak berhak untuk bahagia, seperti halnya mereka para orang tua yang ingin bahagia ketika di masa muda mereka mempunyai pilihan untuk pasangan hidupnya sebelum mereka menikah. Berusahalah memposisikan diri di pihak sang anak,merasakan bagaimana sedih dan hancurnya hati mereka, ketika harus “mengorbankan” perasaan dan kebahagiaan yang di impikannya. Berusahalah bersikap lebih bijak dan mengerti ketika pilihan sang anak “tidak sesuai” dengan yang kalian harapkan sebagai pasangan hidup mereka. Selama apa yang mereka pilih bukanlah sesuatu yang buruk, tidak melanggar norma ataupun berniat menyakiti mereka. Ingatlah, mereka sudah dewasa dan punya hak untuk menentukan pilihan dan jalan hidupnya sendiri. Akan semakin bijaklah, apabila semua orang tua bisa menghargai pilihan sang anak, meridhoi dan mendoakan semoga sang anak bahagia di kehidupan barunya.

By. Shanty Wiryahaspati

*Kata Bijak Berbagai Sumber

http://mrsigit80.blogspot.com/

0 comments via blog:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More